Indonesia merupakan negara kepulauan yang sarat dengan keanekaragaman kebudayaannya. Dan dalam menyambut hari lebaran yang dirayakan oleh umat muslimnya, masing-masing daerah pempunyai tradisi yang berbeda sesuai dengan adat kebudayaan yang dimiliki termasuk tradisi dalam menyambut lebaran.
Seperti di kampung halaman saya di Rembang, Jawa Tengah, ada suatu tradisi tersendiri dalam menyambut lebaran. Tradisi ini biasa disebut "Topatan". Topatan biasanya dilaksanakan seminggu setelah lebaran, yang merupakan acara puncak sebagai penutup puasa selama enam hari di bulan Syawal. Dan dari 6 hari tersebut terisi pula oleh acara-acara hiburan ringan yang membuat hari-hari masyarakat disana menjadi lebih semarak. Acara topatan ini biasanya diadakan di Pantai Binangun Lasem. Karena pantai ini bersih dan indah walaupun lokasinya dekat dengan perkampungan warga dan biasa dijadikan tempat berlabuhnya perahu-perahu nelayan. Selain itu, pantai ini juga sering dikunjungi oleh para wisatawan yang ingin menikmati keindahan objek wisata disana, yaitu berupa sebuah tebing Watu Layar (bukit Bonang) yang cukup legendaris.
Menjelang tibanya acara topatan, biasanya ibu-ibu rumah tangga memasak ketupat dan menyiapkan sesajian bersama, lalu bapak-bapak serta para pemuda sekitar, bergotong royong menyiapkan segala keperluan untuk prosesi acara.
Acara topatan pun tiba, sekitar pukul 8 pagi masyarakat telah ramai berkumpul di pantai. Topatan diawali dengan acara arak-arakan sesajian mengelilingi daerah sekitar dengan di iringi oleh group barongsai yang membuat suasana menjadi lebih meriah. Setelah selesai berkeliling, prosesi berbau mistispun dilaksanakan. Para warga berbondong-bondong menaiki perahu-perahu untuk membawa sesajian ketengah laut, yang tidak begitu jauh dari bibir pantai. Sesampainya di tengah,ritualpun dilaksanakan, diawali dengan oleh melarung atau melepas miniatur kapal yang berisi kepala kerbau ke laut, kemudian disusul dengan pelepasan sesajian lainnya berupa sesajen, penganan pasar(semua jajanan kue-kue yang ada di pasar disajikan) dll. Tradisi ini dimaksudkan sebagai lambang penghormatan kepada roh-roh sesepuh yang telah meninggal dan yang ‘gaip’ penjaga laut Rembang.
Usai pelaksanaan pelepasan sesajian, warga kembali kepantai untuk melanjutkan ke acara berikutnya berupa lomba balapan perahu dayung, atraksi barongsai, ketoprak, wayang kulit, maupun konser musik baik pop,dangdut, maupun tradisional.
Dan dari acara topatan tersebut dapat terlihat bahwa walaupun acara tersebut mengatas namakan perayaan lebara, namun unsur-unsur anismisme peninggalan nenek moyang juga masih cukup melekat. Hal ini menandakan bahwa tradisi budaya leluhur sekitar masih tertanam disana. Namun juga tidak dapat dipungkiri bahwa budaya luarpun mulai masuk, contohnya saja seperti adanya iring-iringan barongsai, yang sebenarnya barongsai merupakan kesenian dari Cina. Jadi dapat disimpulkan bahwa kini kebudayaan asli masyarakat di sana tetap utuh terjaga dan kebudayaan barupun sedikit demi sedikit juga mulai ikut masuk mewarnai dan menambah keanekaragaman kebudayaan yang telah ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar